Place your ads here

INSIGHT

Iklan

Sejarah Pendakian Gunung dan Harapan Bertemu Dewa

Editor Kolaborasi
|
Ilustrasi (Freepik)

KOLABORASI.COM, Jakarta - Mendaki adalah perjalanan menuju suatu tempat yang masih asri di ketinggian tertentu. Biasanya didaki dari bukit ke gunung. Tujuan mendaki beragam mulai dari hobi, olahraga hingga relaksasi setelah penat bekerja.

 

Indonesia memiliki bentuk geografis dan banyak dataran tinggi sehingga banyak dilakukan kegiatan pendakian. Para pendaki berlomba menaklukkan gunung-gunung di seluruh Indonesia, mulai dari Merapi, Slamet hingga Rinjani. Medan pendakian tentunya tidak mudah karena berkelok-kelok dan penuh dengan semak belukar.

 

Dari mana sebenarnya kegiatan pendakian ini berasal? Berikut penjelasan untuk lebih mengenal kegiatan pendakian.

 

Sejarah pendakian gunung di dunia

 

Pada abad ke-13 dan ke-14 masih banyak gunung yang tidak dapat diakses manusia bahkan terisolasi. Sebelum akhir abad ke-19, Antoine de Ville mendaki gunung pertama di dunia, tepatnya pada tahun 1492 di Mont Aiguille. Saat itulah Charles VII Perancis, memerintahkannya untuk mengukur luas gunung yang belum tersentuh yang kemudian disebut Mont Aiguille.

 

Karena gunung-gunung itu masih banyak digunakan untuk tujuan keagamaan dan penelitian meteorologi, rombongan Antoine berharap bisa bertemu dengan para dewa di puncak gunung. Tetapi mereka hanya menemukan padang rumput yang luas. Sejak saat itu, mendaki gunung menjadi hobi yang populer di kalangan masyarakat.

 

Sampai tahun 1852, mendaki gunung merupakan kegiatan akademik. Para ahli berlomba-lomba mengukur ketinggian puncak gunung untuk kepentingan penelitian. Mereka bahkan heran bahwa Papua memiliki puncak di garis khatulistiwa tetapi bersalju.

 

Selang dua tahun kemudian, aktivitas puncak gunung mengubah tujuannya dari penelitian akademis menjadi acara olahraga. Ini dikendalikan oleh Alfred Wills yang memasang tanda di Pegunungan Alpen, yaitu Puncak Wetterhorn, yang menunjukkan bahwa dialah yang mengendalikan peristiwa sejarah ini. Kemudian, tiga tahun kemudian atau pada tahun 1857, klub pendakian pertama dibentuk di Inggris, bernama Alpine Club.

 

Sejarah pendakian gunung di Indonesia

 

Pendakian untuk tujuan akademis telah dikenal di Eropa sejak akhir abad ke-14, namun baru terlihat di Indonesia pada pertengahan abad ke-20 sebagai awal kegiatan pendakian. Padahal, pengenalan pegunungan yang tertutup salju ke dalam bahasa Irlandia sudah dikenal di pertengahan abad ke-17.

 

Tahun 1964 tercatat sebagai berdirinya kelompok mahasiswa pecinta alam di Indonesia, yaitu Mapala UI di Jakarta dan Wanadri di Bandung. Tahun itu juga mereka berhasil menaklukan puncak Carstensz di Papua yang tingginya 4.884 mdpl. Pendaki Jepang dan tiga ABRI yakni Fred Athaboe, Sudarto dan Suginin adalah anggota ekspedisi Cendrawasih. Setelah tahun ini, banyak kegiatan pendakian di pegunungan Indonesia. Hingga pada tahun 1971, Mapala UI dan beberapa orang di luar rombongan berhasil mencapai Puncak Jaya Wijaya.

 

Kabar duka, pada tahun 1987 industri pendakian mengalami kekacauan. Empat anggota Ekspedisi Aranyacala yang dibentuk Universitas Trisakti tewas dalam perjalanan menuju Puncak Jaya Wijaya. Karena saat mereka naik, mereka diserang oleh sekelompok pengacau Irian. Kabar lain juga datang dari Ekspedisi Wanadri yang tidak mencapai puncak Vasuki Parbat di India.

 


BAGIKAN:
TAGS:

03 comments

  • willimes doe
    12 june 2017 reply

    Quis autem velum iure reprehe nderit. Lorem ipsum dolor sit amet adipiscing egetmassa pulvinar eu aliquet nibh dapibus.

    • Qlark Jack
      22 july 2017 reply

      Quis autem velum iure reprehe nderit. Lorem ipsum dolor sit amet adipiscing egetmassa pulvinar eu aliquet nibh dapibus.

  • Olivia Take
    15 jan 2016 reply

    Quis autem velum iure reprehe nderit. Lorem ipsum dolor sit amet adipiscing egetmassa pulvinar eu aliquet nibh dapibus.

References (15)

  • Edit Post Edit This Post within a Hour
  • Hide Post Hide This Post
  • Delete Post If inappropriate Post By Mistake
  • Report Inappropriate content
Sarah K. added a chapter published: Sep,15 2020
  • Edit Post Edit This Post within a Hour
  • Hide Post Hide This Post
  • Delete Post If inappropriate Post By Mistake
  • Report Inappropriate content
Jack Carter added a chapter published: Sep,15 2020
  • Edit Post Edit This Post within a Hour
  • Hide Post Hide This Post
  • Delete Post If inappropriate Post By Mistake
  • Report Inappropriate content
William John added a chapter published: Sep,15 2020

WEBINAR

SURVEY

Iklan

Sejarah Pendakian Gunung dan Harapan Bertemu Dewa

Ilustrasi (Freepik)
Last Update: May 30, 2023

KOLABORASI.COM, Jakarta - Mendaki adalah perjalanan menuju suatu tempat yang masih asri di ketinggian tertentu. Biasanya didaki dari bukit ke gunung. Tujuan mendaki beragam mulai dari hobi, olahraga hingga relaksasi setelah penat bekerja.

 

Indonesia memiliki bentuk geografis dan banyak dataran tinggi sehingga banyak dilakukan kegiatan pendakian. Para pendaki berlomba menaklukkan gunung-gunung di seluruh Indonesia, mulai dari Merapi, Slamet hingga Rinjani. Medan pendakian tentunya tidak mudah karena berkelok-kelok dan penuh dengan semak belukar.

 

Dari mana sebenarnya kegiatan pendakian ini berasal? Berikut penjelasan untuk lebih mengenal kegiatan pendakian.

 

Sejarah pendakian gunung di dunia

 

Pada abad ke-13 dan ke-14 masih banyak gunung yang tidak dapat diakses manusia bahkan terisolasi. Sebelum akhir abad ke-19, Antoine de Ville mendaki gunung pertama di dunia, tepatnya pada tahun 1492 di Mont Aiguille. Saat itulah Charles VII Perancis, memerintahkannya untuk mengukur luas gunung yang belum tersentuh yang kemudian disebut Mont Aiguille.

 

Karena gunung-gunung itu masih banyak digunakan untuk tujuan keagamaan dan penelitian meteorologi, rombongan Antoine berharap bisa bertemu dengan para dewa di puncak gunung. Tetapi mereka hanya menemukan padang rumput yang luas. Sejak saat itu, mendaki gunung menjadi hobi yang populer di kalangan masyarakat.

 

Sampai tahun 1852, mendaki gunung merupakan kegiatan akademik. Para ahli berlomba-lomba mengukur ketinggian puncak gunung untuk kepentingan penelitian. Mereka bahkan heran bahwa Papua memiliki puncak di garis khatulistiwa tetapi bersalju.

 

Selang dua tahun kemudian, aktivitas puncak gunung mengubah tujuannya dari penelitian akademis menjadi acara olahraga. Ini dikendalikan oleh Alfred Wills yang memasang tanda di Pegunungan Alpen, yaitu Puncak Wetterhorn, yang menunjukkan bahwa dialah yang mengendalikan peristiwa sejarah ini. Kemudian, tiga tahun kemudian atau pada tahun 1857, klub pendakian pertama dibentuk di Inggris, bernama Alpine Club.

 

Sejarah pendakian gunung di Indonesia

 

Pendakian untuk tujuan akademis telah dikenal di Eropa sejak akhir abad ke-14, namun baru terlihat di Indonesia pada pertengahan abad ke-20 sebagai awal kegiatan pendakian. Padahal, pengenalan pegunungan yang tertutup salju ke dalam bahasa Irlandia sudah dikenal di pertengahan abad ke-17.

 

Tahun 1964 tercatat sebagai berdirinya kelompok mahasiswa pecinta alam di Indonesia, yaitu Mapala UI di Jakarta dan Wanadri di Bandung. Tahun itu juga mereka berhasil menaklukan puncak Carstensz di Papua yang tingginya 4.884 mdpl. Pendaki Jepang dan tiga ABRI yakni Fred Athaboe, Sudarto dan Suginin adalah anggota ekspedisi Cendrawasih. Setelah tahun ini, banyak kegiatan pendakian di pegunungan Indonesia. Hingga pada tahun 1971, Mapala UI dan beberapa orang di luar rombongan berhasil mencapai Puncak Jaya Wijaya.

 

Kabar duka, pada tahun 1987 industri pendakian mengalami kekacauan. Empat anggota Ekspedisi Aranyacala yang dibentuk Universitas Trisakti tewas dalam perjalanan menuju Puncak Jaya Wijaya. Karena saat mereka naik, mereka diserang oleh sekelompok pengacau Irian. Kabar lain juga datang dari Ekspedisi Wanadri yang tidak mencapai puncak Vasuki Parbat di India.

 

Jan 01, 1970 last edited

03 comments

  • willimes doe
    12 june 2017 reply

    Quis autem velum iure reprehe nderit. Lorem ipsum dolor sit amet adipiscing egetmassa pulvinar eu aliquet nibh dapibus.

    • Qlark Jack
      22 july 2017 reply

      Quis autem velum iure reprehe nderit. Lorem ipsum dolor sit amet adipiscing egetmassa pulvinar eu aliquet nibh dapibus.

  • Olivia Take
    15 jan 2016 reply

    Quis autem velum iure reprehe nderit. Lorem ipsum dolor sit amet adipiscing egetmassa pulvinar eu aliquet nibh dapibus.

References (15)

  • Edit Post Edit This Post within a Hour
  • Hide Post Hide This Post
  • Delete Post If inappropriate Post By Mistake
  • Report Inappropriate content
Sarah K. added a chapter published: Sep,15 2020
  • Edit Post Edit This Post within a Hour
  • Hide Post Hide This Post
  • Delete Post If inappropriate Post By Mistake
  • Report Inappropriate content
Jack Carter added a chapter published: Sep,15 2020
  • Edit Post Edit This Post within a Hour
  • Hide Post Hide This Post
  • Delete Post If inappropriate Post By Mistake
  • Report Inappropriate content
William John added a chapter published: Sep,15 2020
Category :
Tags: