Place your ads here

INSIGHT

Iklan

Ogah Jadi ASN, Milenial Indonesia Pilih Jadi Pebisnis

Admin
|
Hasil Survei Kolaborasi.com Tentang Cara Memperoleh Pemasukan di Kalangan Milenial

 

JAKARTA - Indonesia tengah mengalami Bonus Demografi atau fenomena di mana jumlah penduduk usia produktif mendominasi dari jumlah penduduk usia tidak produktif di suatu negara. Berangkat dari fenomena ini, banyak pakar ekonomi meyakini bahwa fenomena Bonus Demografi dapat menjadi katalisator positif terhadap perekonomian Indonesia, yang saat ini berada di urutan ke-16 dari 20 negara (G20), dengan jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai Rp 19.588, 4 triliun pada tahun 2022.

 

Di tengah berlangsungnya fenomena Bonus Demografi, mayoritas anak muda Indonesia diketahui memilih sektor usaha atau bisnis (entrepreneurship) sebagai cara untuk memperoleh penghasilan dan penghidupan.

 

Dalam hasil survei KOLABORASI.COM bertajuk: "Menyiapkan dan Merayakan Bonus Demografi di Indonesia" yang dilakukan secara langsung pada 10 Januari hingga 9 Februari 2023 ini diketahui, sebanyak 58,3% responden memilih menjadi pengusaha atau pebisnis sebagai profesi untuk memperoleh penghasilan dan penghidupan.

 

Sementara pilihan untuk menjadi investor, memperoleh atensi responden pada angka 16,3%; pegawai negeri sipil (PNS) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebanyak 13,5%; guru atau dosen mencapai 7,3%; dan pegawai swasta sebanyak 4,8%.

 

Sedangkan untuk pengembangan diri, mayoritas responden mengungkapkan bahwa mereka menginginkan adanya asupan informasi dan literasi dalam hal berbisnis sebanyak 36,3%; teknologi sebanyak 24,0%; investasi sekitar 20,4%; pemasaran digital mencapai 14,0%; dan desain grafis berksiar 5,3%.

 

Manajer Riset KOLABORASI.COM, Sahli Hamzah mengatakan, melalui data ini diperoleh hipotesis awal bahwa telah terjadi pergeseran paradigma serta perspektif mengenai cara memperoleh penghasilan dan penghidupan di kalangan anak muda Indonesia.

 

Dari perspektif golongan terdahulu yang cenderung memilih opsi konservatif dengan memilih pegawai negeri sipil sebagai profesi, kata Sahli, kini anak muda Indonesia memilih untuk lebih moderat dengan menjadi pengusaha, atau pebisnis dan investor.

 

"Pekerjaan rumah bersama saat ini ialah bagaimana melakukan pemerataan akses informasi, literasi, serta kesempatan berusaha dan berkarya kepada anak muda hingga ke daerah karena mereka sudah menyadari menjadi bagian dari Bonus Demografi," ungkap Sahli dalam paparannya di Jakarta.

 

Selain pemilihan cara memperoleh penghasilan dan penghidupan, Sahli melanjutkan, hasil survei KOLABORASI.COM ini juga menunjukkan sudah terdapat adanya kesadaran responden yang notabane anak muda mengenai pentingnya peningkatan kemampuan baik itu hard skill maupun soft skill, demi menunjang pilihannya sebagai pebinis dalam berkompetisi.

 

Tak hanya itu, mayoritas responden dari survei KOLABORASI.COM meyakini bahwa dengan dominannya penduduk usia produktif dapat membawa Indonesia untuk mampu bersaing dalam bidang ekonomi, pendidikan serta budaya dan olahraga dengan negara lain di dunia. Di mana, mereka yang menjawab sangat setuju mencapai 18,5%; jawaban setuju sebanyak 61,8%; netral sekitar 13,0%; kurang setuju berkisar 5,5%; dan yang menjawab sangat tidak setuju pada angka 1,3%.

 

"Dari sini kita juga melihat adanya optimisme dari anak muda terkait potensi dari fenomena Bonus Demografi. Meski kita juga tidak dapat menutup mata bahwa fenomena ini juga memiliki tantangan dari sisi gizi buruk (stunting), kesadaran akan kesehatan, disorientasi budaya, lingkungan, ketahanan pangan, keamanan dan polarisasi yang terjadi akibat dinamika politik di masyarakat," cetus Sahli.

 

Sebagai informasi, Survei KOLABORASI.COM kali ini menggunakan teknik probability sampling berjenis cluster sampling, yakni responden yang dipilih berasal dari penduduk usia produktif pada 20-39 tahun di 7 kota besar, mulai dari Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, Medan, Makassar, dan Jogjakarta.

 

Dari total jumlah populasi usia produktif di 7 kota tadi, didapati sekitar 400 orang sampel jika mengacu pada rumus Slovin, dengan tingkat Confidence Level di angka 95% dan Margin of Error sekitar 5%. Adapun skala pengukuran survei ini menggunakan Skala Likert yang juga telah dilakukan pengujian data dari sisi validitas dan reliabilitas.

 

Kolaborasi Menuju Indonesia Emas 2045

 

Pada kesempatan yang sama, Co-Founder KOLABORASI.COM, Dewi Kartasasmita berpandangan, sudah saatnya seluruh pihak mulai dari pemerintah pusat, pemangku kebijakan, akademisi, hingga kelompok-kelompok anak muda bisa saling berkolaborasi demi memaksimalkan fenomena Bonus Demografi di Indonesia.

 

Meski memiliki tantangan yang cukup banyak, Dewi bilang, sudah seyognya keberlangsungan fenomena Bonus Demografiyang jarang terjadi di suatu negara di dunia ini mampu mengambil atensi khusus dan serius dari setiap unsur.

 

Hal ini dimaksudkan agar Indonesia mampu menyiapkan kebijakan yang strategis melalui cetak biru atau blueprint perencanaan yang komprehensif dan holistik, dalam rangka mengembangkan potensi, kemampuan, hingga karakter penduduk usia produktif, guna menjadikan Indonesia sebagai negara yang madani dan sejahtera, seperti yang diungkapkan Presiden Joko Widodo, beberapa waktu lalu.

 

"Terlebih ketika saat ini revolusi industri di beberapa negara telah mulai bergeser dari industry 4.0 menuju industry 5.0. Dengan kebijakan pemerataan akses informasi (pendidikan), teknologi dan kesempatan berkarya, saya pikir kita bisa mengelaborasikan setiap potensi yang dimiliki elemen bangsa menuju Indonesia Emas di 2045," tutup Dewi.


BAGIKAN:
TAGS:

03 comments

  • willimes doe
    12 june 2017 reply

    Quis autem velum iure reprehe nderit. Lorem ipsum dolor sit amet adipiscing egetmassa pulvinar eu aliquet nibh dapibus.

    • Qlark Jack
      22 july 2017 reply

      Quis autem velum iure reprehe nderit. Lorem ipsum dolor sit amet adipiscing egetmassa pulvinar eu aliquet nibh dapibus.

  • Olivia Take
    15 jan 2016 reply

    Quis autem velum iure reprehe nderit. Lorem ipsum dolor sit amet adipiscing egetmassa pulvinar eu aliquet nibh dapibus.

References (15)

  • Edit Post Edit This Post within a Hour
  • Hide Post Hide This Post
  • Delete Post If inappropriate Post By Mistake
  • Report Inappropriate content
Sarah K. added a chapter published: Sep,15 2020
  • Edit Post Edit This Post within a Hour
  • Hide Post Hide This Post
  • Delete Post If inappropriate Post By Mistake
  • Report Inappropriate content
Jack Carter added a chapter published: Sep,15 2020
  • Edit Post Edit This Post within a Hour
  • Hide Post Hide This Post
  • Delete Post If inappropriate Post By Mistake
  • Report Inappropriate content
William John added a chapter published: Sep,15 2020

WEBINAR

SURVEY

Iklan

Ogah Jadi ASN, Milenial Indonesia Pilih Jadi Pebisnis

Hasil Survei Kolaborasi.com Tentang Cara Memperoleh Pemasukan di Kalangan Milenial
Last Update: Jun 30, 2023

 

JAKARTA - Indonesia tengah mengalami Bonus Demografi atau fenomena di mana jumlah penduduk usia produktif mendominasi dari jumlah penduduk usia tidak produktif di suatu negara. Berangkat dari fenomena ini, banyak pakar ekonomi meyakini bahwa fenomena Bonus Demografi dapat menjadi katalisator positif terhadap perekonomian Indonesia, yang saat ini berada di urutan ke-16 dari 20 negara (G20), dengan jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai Rp 19.588, 4 triliun pada tahun 2022.

 

Di tengah berlangsungnya fenomena Bonus Demografi, mayoritas anak muda Indonesia diketahui memilih sektor usaha atau bisnis (entrepreneurship) sebagai cara untuk memperoleh penghasilan dan penghidupan.

 

Dalam hasil survei KOLABORASI.COM bertajuk: "Menyiapkan dan Merayakan Bonus Demografi di Indonesia" yang dilakukan secara langsung pada 10 Januari hingga 9 Februari 2023 ini diketahui, sebanyak 58,3% responden memilih menjadi pengusaha atau pebisnis sebagai profesi untuk memperoleh penghasilan dan penghidupan.

 

Sementara pilihan untuk menjadi investor, memperoleh atensi responden pada angka 16,3%; pegawai negeri sipil (PNS) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebanyak 13,5%; guru atau dosen mencapai 7,3%; dan pegawai swasta sebanyak 4,8%.

 

Sedangkan untuk pengembangan diri, mayoritas responden mengungkapkan bahwa mereka menginginkan adanya asupan informasi dan literasi dalam hal berbisnis sebanyak 36,3%; teknologi sebanyak 24,0%; investasi sekitar 20,4%; pemasaran digital mencapai 14,0%; dan desain grafis berksiar 5,3%.

 

Manajer Riset KOLABORASI.COM, Sahli Hamzah mengatakan, melalui data ini diperoleh hipotesis awal bahwa telah terjadi pergeseran paradigma serta perspektif mengenai cara memperoleh penghasilan dan penghidupan di kalangan anak muda Indonesia.

 

Dari perspektif golongan terdahulu yang cenderung memilih opsi konservatif dengan memilih pegawai negeri sipil sebagai profesi, kata Sahli, kini anak muda Indonesia memilih untuk lebih moderat dengan menjadi pengusaha, atau pebisnis dan investor.

 

"Pekerjaan rumah bersama saat ini ialah bagaimana melakukan pemerataan akses informasi, literasi, serta kesempatan berusaha dan berkarya kepada anak muda hingga ke daerah karena mereka sudah menyadari menjadi bagian dari Bonus Demografi," ungkap Sahli dalam paparannya di Jakarta.

 

Selain pemilihan cara memperoleh penghasilan dan penghidupan, Sahli melanjutkan, hasil survei KOLABORASI.COM ini juga menunjukkan sudah terdapat adanya kesadaran responden yang notabane anak muda mengenai pentingnya peningkatan kemampuan baik itu hard skill maupun soft skill, demi menunjang pilihannya sebagai pebinis dalam berkompetisi.

 

Tak hanya itu, mayoritas responden dari survei KOLABORASI.COM meyakini bahwa dengan dominannya penduduk usia produktif dapat membawa Indonesia untuk mampu bersaing dalam bidang ekonomi, pendidikan serta budaya dan olahraga dengan negara lain di dunia. Di mana, mereka yang menjawab sangat setuju mencapai 18,5%; jawaban setuju sebanyak 61,8%; netral sekitar 13,0%; kurang setuju berkisar 5,5%; dan yang menjawab sangat tidak setuju pada angka 1,3%.

 

"Dari sini kita juga melihat adanya optimisme dari anak muda terkait potensi dari fenomena Bonus Demografi. Meski kita juga tidak dapat menutup mata bahwa fenomena ini juga memiliki tantangan dari sisi gizi buruk (stunting), kesadaran akan kesehatan, disorientasi budaya, lingkungan, ketahanan pangan, keamanan dan polarisasi yang terjadi akibat dinamika politik di masyarakat," cetus Sahli.

 

Sebagai informasi, Survei KOLABORASI.COM kali ini menggunakan teknik probability sampling berjenis cluster sampling, yakni responden yang dipilih berasal dari penduduk usia produktif pada 20-39 tahun di 7 kota besar, mulai dari Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, Medan, Makassar, dan Jogjakarta.

 

Dari total jumlah populasi usia produktif di 7 kota tadi, didapati sekitar 400 orang sampel jika mengacu pada rumus Slovin, dengan tingkat Confidence Level di angka 95% dan Margin of Error sekitar 5%. Adapun skala pengukuran survei ini menggunakan Skala Likert yang juga telah dilakukan pengujian data dari sisi validitas dan reliabilitas.

 

Kolaborasi Menuju Indonesia Emas 2045

 

Pada kesempatan yang sama, Co-Founder KOLABORASI.COM, Dewi Kartasasmita berpandangan, sudah saatnya seluruh pihak mulai dari pemerintah pusat, pemangku kebijakan, akademisi, hingga kelompok-kelompok anak muda bisa saling berkolaborasi demi memaksimalkan fenomena Bonus Demografi di Indonesia.

 

Meski memiliki tantangan yang cukup banyak, Dewi bilang, sudah seyognya keberlangsungan fenomena Bonus Demografiyang jarang terjadi di suatu negara di dunia ini mampu mengambil atensi khusus dan serius dari setiap unsur.

 

Hal ini dimaksudkan agar Indonesia mampu menyiapkan kebijakan yang strategis melalui cetak biru atau blueprint perencanaan yang komprehensif dan holistik, dalam rangka mengembangkan potensi, kemampuan, hingga karakter penduduk usia produktif, guna menjadikan Indonesia sebagai negara yang madani dan sejahtera, seperti yang diungkapkan Presiden Joko Widodo, beberapa waktu lalu.

 

"Terlebih ketika saat ini revolusi industri di beberapa negara telah mulai bergeser dari industry 4.0 menuju industry 5.0. Dengan kebijakan pemerataan akses informasi (pendidikan), teknologi dan kesempatan berkarya, saya pikir kita bisa mengelaborasikan setiap potensi yang dimiliki elemen bangsa menuju Indonesia Emas di 2045," tutup Dewi.

Jan 01, 1970 last edited

03 comments

  • willimes doe
    12 june 2017 reply

    Quis autem velum iure reprehe nderit. Lorem ipsum dolor sit amet adipiscing egetmassa pulvinar eu aliquet nibh dapibus.

    • Qlark Jack
      22 july 2017 reply

      Quis autem velum iure reprehe nderit. Lorem ipsum dolor sit amet adipiscing egetmassa pulvinar eu aliquet nibh dapibus.

  • Olivia Take
    15 jan 2016 reply

    Quis autem velum iure reprehe nderit. Lorem ipsum dolor sit amet adipiscing egetmassa pulvinar eu aliquet nibh dapibus.

References (15)

  • Edit Post Edit This Post within a Hour
  • Hide Post Hide This Post
  • Delete Post If inappropriate Post By Mistake
  • Report Inappropriate content
Sarah K. added a chapter published: Sep,15 2020
  • Edit Post Edit This Post within a Hour
  • Hide Post Hide This Post
  • Delete Post If inappropriate Post By Mistake
  • Report Inappropriate content
Jack Carter added a chapter published: Sep,15 2020
  • Edit Post Edit This Post within a Hour
  • Hide Post Hide This Post
  • Delete Post If inappropriate Post By Mistake
  • Report Inappropriate content
William John added a chapter published: Sep,15 2020
Category :
Tags: